Bahaya DPT (Difteri – Pertusis – Tetanus) pada Anak

KlinikVaksinasi.com –  Di Indonesia penyakit ini muncul kembali sejak tahun 2001 di Cianjur, Semarang, Tasikmalaya, Garut, dan Jawa Timur dengan case fatality rate (CFR) 11,7 sampai 31,9 persen. Di Jawa Timur sejak tahun 2000-2011, tercatat 335 kasus dengan jumlah kematian 11 orang dan pada tanggal 10 Oktober 2011. Akibat kasus tersebut provinsi Jawa Timur langsung dinyatakan berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB) saat itu. Sekarang tahun 2015 mulai merebak di Jawa Barat karena ada sekelompok orang yang menolak vaksinasi. Difteri dapat dicegah melalui vaksinasi.

difteri

Difteri merupakan suatu penyakit saluran napas akut yang menular. Penyakit ini disebabkan bakteri gram positif batang Corynebacterium diphteriae. Orang yang selamat dari penyakit ini menderita kelumpuhan otot-otot tertentu dan kerusakan permanen pada jantung dan ginjal.

Cara Penularan Difteri

Difteri adalah penyakit yang mudah menular. Anak berusia 1 – 10 tahun sangat berisiko terhadap infeksi Difteri. Penularannya melalui udara dari anak satu ke anak lainnya.

Gejala Difteri pada Anak

Gejala yang muncul ialah sakit tenggorokan, demam tinggi, sulit bernapas dan menelan, mengeluarkan lendir dari mulut dan hidung, dan sangat lemah. Kelenjar getah bening di leher membesar dan terasa sakit. Lapisan(membran) tebal terbentuk menutupi belakang kerongkongan atau jika dibuangkan menutup saluran pernapasan dan menyebabkan kekurangan oksigen dalam darah.

Perjalanan Penyakit Difteri

Penyakit ini bisa tetap ringan saja, tetapi sering bertambah parah dengan keluhan sakit saat menelan dan tubuh melemah. Faring (kerongkongan) dan laring (saluran napas) juga membengkak sehingga menyumbat jalan pernapasan dan biasanya terdengar suara serak saat anak menarik napas. Untuk membantu pernapasan, biasanya dokter akan melubangi bagian tenggorokan (trakeotomi).

Selain terjadi kelumpuhan pada langit-langit lunak, napas anak akan berbau busuk dan kelenjar limfe pada leher membengkak. Meskipun kuman difteri paling sering menyerang saluran napas baglan atas, seperti hidung, tenggorokan, dan tonsil, namun kuman ini dapat pula menyerang pusar, selaput putih mata, dan vagina. Komplikasi lain yang dapat terjadi pada penderita difteri adalah kuman difteri menyerang ginjal, atau otot-otot jantung (myocarditis).

Karena kuman difteri dapat mengeluarkan zat racun (eksotoksin), maka penyakit ini juga dapat menimbulkan kematian mendadak dan kelumpuhan saraf-saraf tepi. Mengingat penyakit ini sangat menular, penderita harus dirawat di rumah sakit dan ditempatkan di ruang tersendiri. Perawatan yang baik, istirahat total di tempat tidur, serta makanan dalam bentuk cairan atau lunak yang cukup gizi sangat membantu mengatasi difteri.

Prognosis

Angka kematian karena difteri adalah 10 persen dari kasus yang ditemukan. Angka ini sangat besar. Penyumbatan mekanik karena bull neck menyebabkan anak sulit bernapas dan meningkatkan angka kematian. Kecepatan pemberian anti difteri membantu penyembuhan.

Penyakit Pertusis

Penyakit Batuk rejan atau juga dikenali sebagai “pertusis” atau dalam bahasa Inggris Whooping Cough adalah satu penyakit menular. Di dunia terjadi sekitar 30 sampai 50 juta kasus per tahun, dan menyebabkan kematian pada 300.000 kasus (data dari WHO). Penyakit ini biasanya terjadi pada anak berusia di bawah 1 tahun.

Penularan Pertusis

Pertusis menular melalui droplet batuk dari pasien yg terkena penyakit ini dan kemudian terhirup oleh orang sehat yg tidak mempunyai kekebalan tubuh

Gejala Pertusis

Pertusis yang berat terjadi pada bayi muda yang belum pernah diberi imunisasi. Setelah masa inkubasi 7-10 hari, anak timbul demam, biasanya disertai batuk dan keluar cairan hidung yang secara klinik sulit dibedakan dari batuk dan pilek biasa. Pada minggu ke-2, timbul batuk paroksismal yang dapat dikenali sebagai pertusis. Batuk dapat berlanjut sampai 3 bulan atau lebih. Anak infeksius selama 2 minggu sampai 3 bulan setelah terjadinya penyakit.

Cara Menegakkan Diagnosis Pertusis

Curiga pertusis jika anak batuk berat lebih dari 2 minggu, terutama jika penyakit diketahui terjadi lokal. Tanda diagnostik yang paling berguna:

  • Batuk paroksismal diikuti suara whoop saat inspirasi, sering disertai muntah
  • Perdarahan subkonjungtiva
  • Anak tidak atau belum lengkap diimunisasi terhadap pertusis
  • Bayi muda mungkin tidak disertai whoop, akan tetapi batuk yang diikuti oleh berhentinya napas atau sianosis, atau napas berhenti tanpa batuk
  • Periksa anak untuk tanda pneumonia dan tanyakan tentang kejang.

Komplikasi Pertusis

Pneumonia. Merupakan komplikasi tersering dari pertusis yang disebabkan oleh infeksi sekunder bakteri atau akibat aspirasi muntahan.

  • Tanda yang menunjukkan pneumonia bila didapatkan napas cepat di antara episode batuk, demam dan terjadinya distres pernapasan secara cepat.

Kejang. Hal ini bisa disebabkan oleh anoksia sehubungan dengan serangan apnu atau sianotik, atau ensefalopati akibat pelepasan toksin.

Gizi kurang. Anak dengan pertusis dapat mengalami gizi kurang yang disebabkan oleh berkurangnya asupan makanan dan sering muntah.

Perdarahan dan hernia

  • Perdarahan subkonjungtiva dan epistaksis sering terjadi pada pertusis.
  • Hernia umbilikalis atau inguinalis dapat terjadi akibat batuk yang kuat.

Penyakit Tetanus

Tetanus Neonatorum adalah penyakit infeksi yang terjadi melalui luka irisan pada tali pusat pada waktu persalinan akibat masuknya spora Clostridium tetani yang berasal dari alat-alat persalinan yang kurang bersih dengan masa inkubasi antara 3-10 hari.

Masa inkubasi penyakit ini adalah 1 – 54 hari, rata – rata 8 hari.  Semakin lambat pencucian luka dan penanganan antitoksin, semakin pendek masa inkubasinya dan semakin buruk pula prognosisnya.  Kuman dapat masuk ke dalam luka melalui tanah, debu atau kotoran.

Ciri khas kejang pada tetanus yaitu kejang tanpa penurunan kesadaran.  Waktu dari timbulnya gejala pertama sehingga terjadi kejang adalah 24 – 72 jam.

Tetanus disebabkan neurotoksin (tetanospasmin) dari bakteri Gram positif anaerob, Clostridium tetani, dengan mula-mula 1 hingga 2 minggu setelah inokulasi bentuk spora ke dalam tubuh yang mengalami cedera/luka (masa inkubasi). Penyakit ini merupakan 1 dari 4 penyakit penting yang manifestasi klinis utamanya adalah hasil dari pengaruh kekuatan eksotoksin (tetanus, gas ganggren, difteri, botulisme).

Anak- anak senang berlari dan bermain di tanah dan tempat yang mungkin terkontaminasi kuman tetanus. Jika mereka jatuh dan lecet, kuman penyakit ini bisa masuk.

Bagaimana Tetanus merusak Tubuh Anak

Ada dua hipotesis tentang cara bekerjanya toksin, yaitu:

1. Toksin diserap di ujung syaraf motorik kemudian menuju susunan syaraf pusat

2. Toksin diserap oleh susunan kelenjar getah bening masuk kedalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk kedalam susunan syaraf pusat.

Akibat dari tetanus adalah rigid paralysis (kehilangan kemampuan untuk bergerak) pada voluntary muscles (otot yang geraknya dapat dikontrol), sering disebut lockjaw karena biasanya pertama kali muncul pada otot rahang dan wajah. Kematian biasanya disebabkan oleh kegagalan pernafasan dan rasio kematian sangatlah tinggi.

Tanda – tanda dan gejala – gejala klinis Tetanus

Gejala pertama biasanya rasa sakit pada luka, diikuti trismus (kaku rahang, sukar membuka mulut lebar – lebar), rhisus sardonicus (wajah setan).  Kemudian diikuti kaku kuduk, kaku otot perut, jalan seperti robot, sulit menelan, dan sulit nafas karena bengkak laring.  Pada keadaan yang lebih berat terjadi epistothonus (posisi cephalic tarsal), di mana pada saat kejang badan penderita melengkung dan bila ditelentangkan hanya kepada dan bagian tumit kaki saja yang menyentuh tempat tidur.

Dapat terjadi spasme diafragma dan otot – otot pernapasan lainnya.  Pada saat kejang penderita tetap dalam keadaan sadar.  Suhu tubuh normal hingga subfebris.  Sekujur tubuh berkeringat.

Gejala Tetanus Neonatorum : Menurut Depkes RI, 1996, gejala klinis tetanus neonatorum adalah: bayi yang semula bisa menetek dengan baik tiba-tiba tidak bisa menetek, mulut bayi mencucu seperti mulut ikan, mudah sekali dan sering kejang-kejang terutama karena rangsangan sentuhan, rangsangan sinar dan rangsangan suara, wajahnya mungkin kebiruan, kadang-kadang disertai demam.

Stadium Tetanus

Stadium klinis pada anak berbeda dengan stadium klinik pada dewasa.

Stadium klinis pada anak terdiri dari :

Stadium 1, trismus (3 cm) belum ada kejang rangsang, dan belum ada kejang spontan.

Stadium 2, trismus (3 cm), kejang rangsang, dan belum ada kejang spontan.

Stadium 3, trismus (1 cm), kejang rangsang, dan kejang spontan.

Perjalanan Penyakit Tetanus

Kejang – kejang bertambah berat selama tiga hari pertama, menetap selama 5 – 7 hari. Setelah 10 hari, frekuensi kejang mulai berkurang, setelah 2 minggu kejang menghilang.  Dan kaku otot hilang paling cepat mulai minggu ke-4.

 

Author Info

Klinik

No Comments

Comments are closed.

× Anda Butuh Bantuan?